Jumat, 02 Mei 2014

MAKNA HIDUP BARU MENURUT ALKITAB

BAB I
PENDAHULUAN

Allah menciptakan manusia yang pertama yaitu Adam dan Hawa menurut peta dan teladan-Nya, di mana manusia bisa memancarkan sifat-sifat Allah yang ada dalam diri mereka.  Allah menciptakan mereka dengan begitu sempurna dan begitu mulia, tetapi oleh karena keinginan manusia itu sendiri mereka melawan, memberontak dan ingin menjadi seperti Allah dan tidak taat sehingga mereka jatuh ke dalam dosa.  Dengan segala kemegahan dan kekudusan mereka, mereka pergunakan untuk melawan Allah dan tidak mau taat kepada Sang Pencipta mereka.  Ketika mereka jatuh ke dalam dosa, segala hikmat dan kekudusan mereka serta pengenalan mereka terhadap Sang Pencipta menjadi hilang.  Pada mulanya mereka diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, tetapi oleh karena dosa mereka menjadi serupa dan segambar dengan dunia.  Ini disebabkan oleh karena ketidaktaatan mereka terhadap Sang Pencipta mereka.
Manusia tidak bisa membaharui dirinya sendiri dengan cara apapun yang ia lakukan.  Oleh karena dosalah manusia tidak bisa mengenal Allah dan tidak bisa mengasingkan diri dari perbuatan-perbuatan jahat, manusia cenderung berbuat dosa dari pada melakukan perintah Tuhan. 
Manusia bisa mengenal Allah dengan benar hanya melalui kelahiran kembali yang disebut dengan hidup baru.  Hidup baru artinya berbalik serta meninggalkan kehidupan yang lama dan mau hidup dengan benar dihadapan Allah Sang Pencipta mereka.  Tanpa pembaharuan atau kelahiran kembali manusia tidak bisa mengenal Allah dengan benar.
BAB II
HIDUP BARU


Kehidupan orang Kristen sejati merupakan suatu kehidupan yang unik dengan kehidupan orang yang non-Kristen.  Sebab kehidupan orang Kristen adalah kehidupan yang senantiasa bertumbuh dalam kasih karunia dan pengenalan akan Allah di dalam Yesus Kristus.  Manusia bisa bertumbuh dalam kasih dan anugerah Allah hanya jikalau ia sudah dilahirkan kembali.  Tanpa kelahiran kembali manusia tidak bisa mengenal Allah dengan benar serta bertumbuh dalam kasih karunia-Nya.  Manusia perlu dilahirkan kembali sebab kehidupannya yang lama adalah kehidupan yang senantiasa hidup di dalam lautan dosa.  Kehidupan orang yang sudah dilahirkan kembali ia akan hidup baru di dalam Yesus Kristus.
Ciri-ciri dari kehidupan orang yang sudah dilahirkan kembali adalah hidup yang berbuah, melalui perbuatan dan karakter yang senantiasa memancarkan citra kasih Allah.  Dalam Pengakuan Iman Gereja Belanda, Pasal 24 dijelaskan:
“Kita percaya, bahwa iman yang sejati itu, yang dihasilkan dalam hati manusia oleh pendengaran akan Firman Allah dan oleh pekerjaan Roh Kudus, membuat manusia lahir kembali dan menjadi manusia baru, membuatnya hidup dalam kehidupan yang baru dan memerdekakannya dari perhambaan dosa.  Oleh sebab itu, iman yang membenarkan itu sekali-kali tidak mengurangi gairah manusia untuk hidup saleh dan suci.”[1]

Melalui iman yang sejati yang telah dikaruniakan oleh Allahlah sehingga manusia bisa percaya kepada-Nya, dan tidak terlepas dari itu manusia juga bisa menjadi baru apabila dilahirkan kembali.  Melalui pendengaran Firman Allah sehingga manusia bisa percaya kepada Allah dan oleh pekerjaan Roh Kudus yang tiada henti-hentinya membuat manusia dilahirkan kembali sehingga menjadi manusia baru.  Melalui kelahiran kembalilah manusia bisa hidup baru di dalam Kristus.  U. Metzner dan H. P. V. Renner menyatakan bahwa, “Yesus Kristus adalah pusat pembaharuan perjanjian Allah.  Kristus adalah “satu orang” itu yang melalui-Nya Allah menjadikan segalanya menjadi baru (Roma 5:15; 1 Korintus 15:21, 22).  Melalui Dia orang percaya menjadi “ciptaan baru” (II Korintus 5:17; Galatia 6:15; Efesus 2:15).”[2]
Allah adalah Mahakasih, oleh karena Ia begitu mengasihi dunia ini sehingga Ia mengutus Anak-Nya yang Tunggal yaitu Yesus Kristus.  Melalui kedatangan Yesus Kristus ke dunia ini, Ia memulihkan ciptaan Allah di dalam Adam yaitu manusia yang pertama yakni manusia yang lama, demikian Kristus menjadi Kepala dan wakil dari manusia yang baru.  Di dalam Dialah manusia menjadi baru dan dapat mengenal Allah dengan benar.  George Eldon Ladd menyatakan bahwa:
“Manusia biasa di dalam Adam; manusia yang dibaharui di dalam Kristus.  Sebagaimana Adam adalah kepala dan wakil dari kelompok manusia lama, demikian Kristus menjadi kepala dan wakil dari kemanusiaan yang baru.  Di dalam Adam muncul dosa, ketidaktaatan, penghukuman, dan maut; di dalam Kristus muncul kebenaran, ketaatan, pembenaran, dan kehidupan (Rm. 5:5, 12).”[3]

Adam adalah manusia pertama yang Tuhan ciptakan dan sekalian manusia yang tidak taat sehingga seluruh umat manusia jatuh dan hidup di dalam dosa, tetapi Kristus adalah penyelamat.  Melalui Dialah manusia yang telah jatuh di dalam dosa yaitu manusia yang ada di dalam Adam dibaharui.  Melalui Dia menusia mendapatkan hidup baru atau diciptakan baru dari manusia lama menjadi manusia baru.  Jadi, manusia yang sudah dilahirkan kembali atau hidup baru ada di dalam Yesus Kristus, mereka sudah dipersatukan di dalam Kristus.  Stephen Tong menjelaskan bahwa:
“Istilah “di dalam Kristus”… merupakan suatu istilah khusus di dalam iman kepercayaan orang Kristen.  Dihadapan Allah hanya ada dua lingkungan yang disebut sebagai “di dalam”.  Pertama, “di dalam Adam”.  Kedua, “di dalam Kristus”.  Dihadapan Allah manusia hanya diakui di dalam dua kategori ini.  Di dalam Adam manusia adalah manusia berdosa yang belum diselamatkan, yang mengikuti wakil mereka yaitu Adam yang memberontak kepada Allah.  Di dalam Kristus manusia adalah manusia berdosa yang sudah mengaku dosa dan diselamatkan, yang mengikuti wakil mereka yaitu Kristus yang taat kepada Allah.”[4]

Kelahiran kembali adalah dilahirkan kembali atau memulai hidup secara baru, yang adalah karya Roh Kudus, yang dengan-Nya manusia mengalami perubahan hati.  Dalam kelahiran kembali manusia menerima dari Allah, sedangkan dalam pertobatan manusia kembali kepada Allah.”  Dengan hal inilah manusia bisa hidup baru di mana meninggalkan atau berbalik dari kehidupan yang lama.  Kelahiran kembali merupakan sebuah anugerah Allah di dalam setiap pribadi yang Ia kehendakiA. A. Hodge menyatakan bahwa:
Regeneration is God’s act, conversion is ours. Regeneration is the implantation of a gracious principle: conversion is the exercise of that principle. Regeneration is never a matter of direct consciousness to the subject of it, conversion always is such to the agent of it.[5] (Kelahiran kembali adalah yang memperbaharui kita.  Kelahiran kembali merupakan sarana dalam prinsip anugerah; hal itu merupakan tindakan dasar pembaharuan.  Kelahiran kembali tidak pernah merupakan suatu persoalan yang langsung terhadap kesadarannya, namun pembaharuan selalu merupakan proses terhadapnya).”

Kelahiran baru atau hidup baru ialah anugerah dari Allah yang diterima oleh manusia, dan melaluinya manusia dapat lebih dekat dengan Allah.  Melalui kedekatan inilah manusia dapat hidup dengan kekal di dalam firman-Nya.  Selain itu manusia juga harus sudah menjadikan Yesus Kristus sebagai juruselamat hidupnya, sehingga ia dapat dikatakan telah hidup baru.  Hidup baru atau lahir baru bukan hanya sekedar dapat mengenal Allah, tetapi benar-benar hidupnya telah berubah dari hidup yang sebelumnya fana, penuh dengan kenajisan menjadi hidup yang tidak fana.  Luis Palau menyatakan bahwa, “Orang yang demikian dikatakan telah lahir baru, dan lain sebagainya.  Dengan demikian, orang lain dapat menilai kalau seseorang telah mengalami hidup baru, jika ada perubahan sikap seseorang dari yang tidak baik menjadi baik.”[6]
Seseorang dikatakan sudah dilahirkan kembali atau sudah mengalami hidup baru dalam seluruh eksistensi kehidupannya apabila ditandai dengan sikap, karakter serta gaya hidupnya setiap hari.  J. Wesley Brill menyatakan bahwa:
“Orang yang dilahirkan kembali mengalami beberapa hal yang ajaib: (a). Ia mengalami perubahan dalam perasaannya.  Dahulu ia adalah seteru Allah (Roma 8:7), tetapi sekarang ia mengasihi Allah (Roma 5:5; 1 Yohanes 4:19).  Dahulu ia membenci sesamanya manusia (Titus 3:3), tetapi ia sekarang mengasihi mereka (Roma 5:5).  (b). Ia mengalami perubahan dalam kehidupannya dan kelakuannya.  Kehidupan yang lama yaitu hidup di dalam dosa, telah berlalu (1 Yohanes 3:9) dan sebagai gantinya, ia hidup di dalam kebenaran (1 Yohanes 2:29).  (c).  Ia menerima kuasa untuk mengalahkan dunia ini dan mengalahkan dosa-dosanya (1 Yohanes 5:4).  Tetapi rahasia kemenangannya yaitu kuasa Roh Kudus yang patut disambut (Galatia 5:16) dan di dalam hal tetap tinggal di dalam Yesus Kristus (1 Yohanes 3:6).”[7]

Manusia yang sudah dilahirkan kembali atau hidup baru adalah orang yang telah mengalami perubahan dalam seluruh hidupnya secara totalitas.  Jikalau ia dahulu tidak mengenal Allah atau bahkan membenci Allah dan sesamanya sebab ia hidu di dalam dosa, tetapi ketika ia dilahirkan kembali untuk hidup baru ia menjadi pengasih, ia mengasihi Allah dan sesamanya dengan segenap hati dan segenap jiwanya.  Lebih daripada itu juga ia menerima kuasa yaitu Roh Kudus yang senantiasa bekerja di dalam hatinya untuk membenci dosa, sebab Roh Kudus telah dimeteraikan dalam hatinya, sehingga ia senantiasa memancarkan citra kasih Allah.  Charles Hodge menyatakan bahwa:
Regeneration it is called a new birth, a resurrection, a new life, a new creature, a renewingof the mind, a dying to sin and living to righteousness, a translation from darkness to light, etc. in theological language, it is  call regeneration, renovasion, conversion. These terms are often used interchangeably.  They are also used some times for the whole process of spiritual renovation of the image of God, and some times for a particular stage of that process.[8] (Kelahiran kembali disebut suatu kelahiran baru, kebangkitan kembali, kehidupan baru, pembaharuan pikiran, mati di dalam dosa dan hidup kepada kebenaran, pemindahan dari kegelapan terhadap terang dan sebagainya.  Di dalam bahasa teologi, disebut kelahiran kembali, pembaharuan, perubahan. Istilah ini semua adalah sering dipakai dengan berbuah-buah.  Mereka juga kadang-kadang memakai pada semua proses pembaharuan rohani atau pemulihan gambar Allah, dan kadang-kadang untuk suatu tingkatan proses yang khusus.)

Seseorang sudah dilahirkan kembali bukan hanya ditandai sebatas ia sudah baik atau hanya merupakan suatu pengakuan di mulut saja dan bahwa ia percaya kepada Allah, tetapi seluruh kehidupannya harus sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan yaitu dipimpin dan dituntut oleh Roh Kudus, meninggalkan manusia lama dan menjadi manusia baru.  Manusia dilahirkan kembali bukan karena hasil kebaikannya kepada Allah atau sudah melakukan hal-hal yang baik tetapi itu adalah tindakan Allah dalam kehidupannya.
Di dalam 1 Petrus 1 : 23 Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, oleh firman Allah, yang hidup dan yang kekal.”  Maksud dari ayat ini yaitu bahwa manusia itu lahir kembali dari kehidupan yang bersifat duniawi  ke kehidupan yang lebih mengenal Allah.  Dalam konteks ini manusia di ciptakan oleh Allah bukanlah langsung baik dihadapan Allah, tetapi manusia itu lahir dari manusia yang telah memiliki dosa.  Nicholas P. Wolterstorff, menyatakan bahwa “Setelah diciptakan baru, dijadikan umat manusia baru oleh kelahiran baru dan kuasa pengampunan dari Allah, mereka yang oleh iman dipersatukan dengan Kristus diterima sebagai warga Negara dari kerajaan Allah, dari kerajaan yang oleh Bapa telah dikaruniakan kepada Anak. Orang-orang pilihan dipilih untuk Kerajaan itu. Mereka diselamatkan bukan hanya sebagai individual tetaoi sebagai warga Negara Kerajaan, dan untuk kewarganegaraan.”[9]
Lahir baru berarti memulai kehidupan yang berarti dalam Kristus.  Hidup baru berarti suatu keadaan dimana kehidupannya sudah berubah tidak sama seperti sebelumnya.  Kelahiran baru bukanlah suatu langkah maju dalam reinkarnasi.  Kelahiran baru bukan sekedar kesadaran diri.  Sebaliknya, kelahiran baru adalah karya Allah yang nyata dan menetap, yang dari-Nya manusia meneima sifat yang baru dan kudus.  Itulah yang tercakup dalam hidup baru, suatu kelahiran yang adikodrati dan rohani, dari atas yang terjadi setiap saat takkala seorang menaruh pengharapannya pada Kristus.  Sinclain B. Ferguson menyatakan bahwa, ”Kelahiran baru berarti mengambil bagian dalam kebangkitan dan kuasa Yesus Kristus, dan memasuki hubungan yang hidup dengan Dia.”[10]
Manusia yang sudah dilahirkan kembali adalah manusia yang mengambil bagian dalam pelayanan yaitu senantiasa menaruh seluruh hidupnya secara totalitas untuk melayani Tuhan.  Seseorang sudah dilahirkan kembali apabila ia sudah bertumbuh sesuai dengan Firman Tuhan.












DAFTA ISI




Brill, J. Wesley., Dasar Yang Teguh. Cet. 16. (Bandung: Yayasan Kalam Hidup. 2003).

End, Th. Van den., (peny). Enam Belas Dokumen Dasar Calvinisme. Cet. 3. (Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2004).

Ferguson, Sinclair B., Children Of The Living God: Anak-Anak Allah Yang Hidup. Cet.1. (Surabaya: Momentum. 2003).

Hodge, A. A., Outlines Of Theology. (USA: First Published The Banner Of Truth Trust. 1991).

Hodge, Charles., Sistematic Theology. Vol-2 (Grand Rapids: Publishing Company. USA. 1997).

Ladd, George Eldon., Teologi Perjanjian Baru. Jilid 2. Cet. 1. (Bandung: Yayasan Kalam Hidup. 1999).

Metzner, U. dan H. P. V. Renner., Penelaahan Alkitab Tentang Hidup Baru. Cet. 2. (Jakarta: Gunung Mulia. 2004).

Palau, Luis., Penerapan Praktis Pola Hidup Kristen. Cet. 5. (Malang: Gandum Mas. 2002).

Tong, Stephen., Mengetahui Kehendak Allah. Cet. 1. (Surabaya: Momentum. 1999).

Wolterstorff, Nicholas P., Mendidik Untuk Kehidupan : Refleksi Mengenai Pengajaran dan Pembelajaran Kristen. Cet. 1. (Surabaya: Momentum. 2007).





[1]Th. Van den End (peny), Enam Belas Dokumen Dasar Calvinisme, Cet. 3, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), h. 40-42.

[2]U. Metzner dan H. P. V. Renner, Penelaahan Alkitab Tentang Hidup Baru, Cet. 2, (Jakarta: Gunung Mulia, 2004), h. 19.

[3]George Eldon Ladd, Teologi Perjanjian Baru, Jilid 2, Cet. 1, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1999), h. 251.

[4]Stephen Tong, Mengetahui Kehendak Allah, Cet. 1, (Surabaya: Momentum, 1999), h. 170.

[5]A. A Hodge, Outlines Of Theology, (USA: First Published The Banner Of Truth Trust, 1991), pg. 460.

[6]Luis Palau, Penerapan Praktis Pola Hidup Kristen, Cet. 5, (Malang: Gandum Mas, 2002), h. 1-2.

[7]J. Wesley Brill, Dasar Yang Teguh, Cet. 16, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2003), h. 222-223.

[8]Charles Hodge, Sistematic Theology, Vol-2 (Grand Rapids: Publishing Company, USA, 1997), pg. 3.

[9]Nicholas P. Wolterstorff, Mendidik Untuk Kehidupan : Refleksi Mengenai Pengajaran dan Pembelajaran Kristen, cetakan pertama, (Surabaya: Momentum, 2007), h. 378.

[10]Sinclair B. Ferguson, Children Of The Living God: Anak-Anak Allah Yang Hidup, Cet.1, (Surabaya: Momentum, 2003), h. 20.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar