BAB
I
PENDAHULUAN
Allah
menciptakan manusia yang pertama yaitu Adam dan Hawa menurut peta dan
teladan-Nya, di mana manusia bisa memancarkan sifat-sifat Allah yang ada dalam
diri mereka. Allah menciptakan mereka
dengan begitu sempurna dan begitu mulia, tetapi oleh karena keinginan manusia
itu sendiri mereka melawan, memberontak dan ingin menjadi seperti Allah dan
tidak taat sehingga mereka jatuh ke dalam dosa.
Dengan segala kemegahan dan kekudusan mereka, mereka pergunakan untuk
melawan Allah dan tidak mau taat kepada Sang Pencipta mereka. Ketika mereka jatuh ke dalam dosa, segala
hikmat dan kekudusan mereka serta pengenalan mereka terhadap Sang Pencipta
menjadi hilang. Pada mulanya mereka
diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, tetapi oleh karena dosa mereka
menjadi serupa dan segambar dengan dunia.
Ini disebabkan oleh karena ketidaktaatan mereka terhadap Sang Pencipta
mereka.
Manusia
tidak bisa membaharui dirinya sendiri dengan cara apapun yang ia lakukan. Oleh karena dosalah manusia tidak bisa mengenal
Allah dan tidak bisa mengasingkan diri dari perbuatan-perbuatan jahat, manusia
cenderung berbuat dosa dari pada melakukan perintah Tuhan.
Manusia
bisa mengenal Allah dengan benar hanya melalui kelahiran kembali yang disebut
dengan hidup baru. Hidup baru artinya
berbalik serta meninggalkan kehidupan yang lama dan mau hidup dengan benar
dihadapan Allah Sang Pencipta mereka.
Tanpa pembaharuan atau kelahiran kembali manusia tidak bisa mengenal
Allah dengan benar.
BAB
II
HIDUP
BARU
Kehidupan orang Kristen
sejati merupakan suatu kehidupan yang unik dengan kehidupan orang yang
non-Kristen. Sebab kehidupan orang
Kristen adalah kehidupan yang senantiasa bertumbuh dalam kasih karunia dan
pengenalan akan Allah di dalam Yesus Kristus.
Manusia bisa bertumbuh dalam kasih dan anugerah Allah hanya jikalau ia
sudah dilahirkan kembali. Tanpa
kelahiran kembali manusia tidak bisa mengenal Allah dengan benar serta
bertumbuh dalam kasih karunia-Nya.
Manusia perlu dilahirkan kembali sebab kehidupannya yang lama adalah
kehidupan yang senantiasa hidup di dalam lautan dosa. Kehidupan orang yang sudah dilahirkan kembali
ia akan hidup baru di dalam Yesus Kristus.
Ciri-ciri dari
kehidupan orang yang sudah dilahirkan kembali adalah hidup yang berbuah,
melalui perbuatan dan karakter yang senantiasa memancarkan citra kasih Allah. Dalam Pengakuan Iman Gereja Belanda, Pasal
24 dijelaskan:
“Kita
percaya, bahwa iman yang sejati itu, yang dihasilkan dalam hati manusia oleh
pendengaran akan Firman Allah dan oleh pekerjaan Roh Kudus, membuat manusia
lahir kembali dan menjadi manusia baru, membuatnya hidup dalam kehidupan yang
baru dan memerdekakannya dari perhambaan dosa.
Oleh sebab itu, iman yang membenarkan itu sekali-kali tidak mengurangi
gairah manusia untuk hidup saleh dan suci.”[1]
Melalui iman
yang sejati yang telah dikaruniakan oleh Allahlah sehingga manusia bisa percaya
kepada-Nya, dan tidak terlepas dari itu manusia juga bisa menjadi baru apabila
dilahirkan kembali. Melalui pendengaran
Firman Allah sehingga manusia bisa percaya kepada Allah dan oleh pekerjaan Roh
Kudus yang tiada henti-hentinya membuat manusia dilahirkan kembali sehingga
menjadi manusia baru. Melalui kelahiran
kembalilah manusia bisa hidup baru di dalam Kristus. U. Metzner
dan H. P. V. Renner menyatakan bahwa, “Yesus Kristus adalah pusat
pembaharuan perjanjian Allah. Kristus
adalah “satu orang” itu yang melalui-Nya Allah menjadikan segalanya menjadi
baru (Roma 5:15; 1 Korintus 15:21, 22).
Melalui Dia orang percaya menjadi “ciptaan baru” (II Korintus 5:17;
Galatia 6:15; Efesus 2:15).”[2]
Allah adalah Mahakasih, oleh karena Ia begitu
mengasihi dunia ini sehingga Ia mengutus Anak-Nya yang Tunggal yaitu Yesus
Kristus. Melalui kedatangan Yesus
Kristus ke dunia ini, Ia memulihkan ciptaan Allah di dalam Adam yaitu manusia
yang pertama yakni manusia yang lama, demikian Kristus menjadi Kepala dan wakil
dari manusia yang baru. Di dalam Dialah
manusia menjadi baru dan dapat mengenal Allah dengan benar. George Eldon Ladd menyatakan bahwa:
“Manusia biasa di dalam Adam; manusia yang dibaharui
di dalam Kristus. Sebagaimana Adam
adalah kepala dan wakil dari kelompok manusia lama, demikian Kristus menjadi
kepala dan wakil dari kemanusiaan yang baru.
Di dalam Adam muncul dosa, ketidaktaatan, penghukuman, dan maut; di dalam
Kristus muncul kebenaran, ketaatan, pembenaran, dan kehidupan (Rm. 5:5, 12).”[3]
Adam adalah manusia pertama yang Tuhan ciptakan dan
sekalian manusia yang tidak taat sehingga seluruh umat manusia jatuh dan hidup
di dalam dosa, tetapi Kristus adalah penyelamat. Melalui Dialah manusia yang telah jatuh di
dalam dosa yaitu manusia yang ada di dalam Adam dibaharui. Melalui Dia menusia mendapatkan hidup baru
atau diciptakan baru dari manusia lama menjadi manusia baru. Jadi, manusia yang sudah dilahirkan kembali
atau hidup baru ada di dalam Yesus Kristus, mereka sudah dipersatukan di dalam
Kristus. Stephen Tong menjelaskan
bahwa:
“Istilah “di dalam Kristus”… merupakan suatu istilah
khusus di dalam iman kepercayaan orang Kristen.
Dihadapan Allah hanya ada dua lingkungan yang disebut sebagai “di
dalam”. Pertama, “di dalam
Adam”. Kedua, “di dalam
Kristus”. Dihadapan Allah manusia hanya
diakui di dalam dua kategori ini. Di
dalam Adam manusia adalah manusia berdosa yang belum diselamatkan, yang
mengikuti wakil mereka yaitu Adam yang memberontak kepada Allah. Di dalam Kristus manusia adalah manusia
berdosa yang sudah mengaku dosa dan diselamatkan, yang mengikuti wakil mereka
yaitu Kristus yang taat kepada Allah.”[4]
Kelahiran
kembali adalah dilahirkan kembali atau memulai hidup secara baru, yang adalah
karya Roh Kudus, yang dengan-Nya manusia mengalami perubahan hati. Dalam kelahiran kembali manusia menerima dari Allah, sedangkan dalam
pertobatan manusia kembali kepada Allah.” Dengan hal inilah manusia bisa hidup baru di mana meninggalkan atau
berbalik dari kehidupan yang lama. Kelahiran
kembali merupakan sebuah anugerah Allah di dalam setiap pribadi yang Ia kehendaki. A. A. Hodge menyatakan bahwa:
“Regeneration is God’s act, conversion is ours.
Regeneration is the implantation of a gracious principle: conversion is the
exercise of that principle. Regeneration is never a matter of direct
consciousness to the subject of it, conversion always is such to the agent of it.[5] (Kelahiran kembali adalah yang memperbaharui
kita. Kelahiran kembali merupakan sarana
dalam prinsip anugerah; hal itu merupakan tindakan dasar pembaharuan. Kelahiran kembali tidak pernah merupakan
suatu persoalan yang langsung terhadap kesadarannya, namun pembaharuan selalu
merupakan proses terhadapnya).”
Kelahiran baru atau hidup
baru ialah anugerah dari Allah yang diterima oleh manusia, dan melaluinya
manusia dapat lebih dekat dengan Allah. Melalui kedekatan inilah manusia dapat hidup
dengan kekal di dalam firman-Nya. Selain
itu manusia juga harus sudah menjadikan Yesus Kristus sebagai juruselamat
hidupnya, sehingga ia dapat dikatakan telah hidup baru. Hidup baru atau lahir baru bukan hanya sekedar
dapat mengenal Allah, tetapi benar-benar hidupnya telah berubah dari hidup yang
sebelumnya fana, penuh dengan kenajisan menjadi hidup yang tidak fana. Luis Palau menyatakan bahwa, “Orang
yang demikian dikatakan telah lahir baru, dan lain sebagainya. Dengan demikian, orang lain dapat menilai
kalau seseorang telah mengalami hidup baru, jika ada perubahan sikap seseorang
dari yang tidak baik menjadi baik.”[6]
Seseorang dikatakan sudah
dilahirkan kembali atau sudah mengalami hidup baru dalam seluruh eksistensi
kehidupannya apabila ditandai dengan sikap, karakter serta gaya hidupnya setiap
hari. J. Wesley Brill menyatakan
bahwa:
“Orang
yang dilahirkan kembali mengalami beberapa hal yang ajaib: (a). Ia mengalami
perubahan dalam perasaannya. Dahulu ia
adalah seteru Allah (Roma 8:7), tetapi sekarang ia mengasihi Allah (Roma 5:5; 1
Yohanes 4:19). Dahulu ia membenci
sesamanya manusia (Titus 3:3), tetapi ia sekarang mengasihi mereka (Roma
5:5). (b). Ia mengalami perubahan dalam
kehidupannya dan kelakuannya. Kehidupan
yang lama yaitu hidup di dalam dosa, telah berlalu (1 Yohanes 3:9) dan sebagai
gantinya, ia hidup di dalam kebenaran (1 Yohanes 2:29). (c).
Ia menerima kuasa untuk mengalahkan dunia ini dan mengalahkan
dosa-dosanya (1 Yohanes 5:4). Tetapi
rahasia kemenangannya yaitu kuasa Roh Kudus yang patut disambut (Galatia 5:16)
dan di dalam hal tetap tinggal di dalam Yesus Kristus (1 Yohanes 3:6).”[7]
Manusia yang
sudah dilahirkan kembali atau hidup baru adalah orang yang telah mengalami
perubahan dalam seluruh hidupnya secara totalitas. Jikalau ia dahulu tidak mengenal Allah atau
bahkan membenci Allah dan sesamanya sebab ia hidu di dalam dosa, tetapi ketika
ia dilahirkan kembali untuk hidup baru ia menjadi pengasih, ia mengasihi Allah
dan sesamanya dengan segenap hati dan segenap jiwanya. Lebih daripada itu juga ia menerima kuasa
yaitu Roh Kudus yang senantiasa bekerja di dalam hatinya untuk membenci dosa,
sebab Roh Kudus telah dimeteraikan dalam hatinya, sehingga ia senantiasa
memancarkan citra kasih Allah. Charles
Hodge menyatakan bahwa:
“Regeneration it is called a new birth, a resurrection,
a new life, a new creature, a renewingof the mind, a dying to sin and living to
righteousness, a translation from darkness to light, etc. in theological
language, it is call regeneration,
renovasion, conversion. These terms are often used interchangeably. They are also used some times for the whole
process of spiritual renovation of the image of God, and some times for a
particular stage of that process.[8] (Kelahiran kembali disebut suatu kelahiran baru,
kebangkitan kembali, kehidupan baru, pembaharuan pikiran, mati di dalam dosa
dan hidup kepada kebenaran, pemindahan dari kegelapan terhadap terang dan
sebagainya. Di dalam bahasa teologi,
disebut kelahiran kembali, pembaharuan, perubahan. Istilah ini semua adalah
sering dipakai dengan berbuah-buah.
Mereka juga kadang-kadang memakai pada semua proses pembaharuan rohani
atau pemulihan gambar Allah, dan kadang-kadang untuk suatu tingkatan proses yang
khusus.)”
Seseorang
sudah dilahirkan kembali bukan hanya ditandai sebatas ia sudah baik atau hanya
merupakan suatu pengakuan di mulut saja dan bahwa ia percaya kepada Allah,
tetapi seluruh kehidupannya harus sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan yaitu
dipimpin dan dituntut oleh Roh Kudus, meninggalkan manusia lama dan menjadi
manusia baru. Manusia dilahirkan kembali
bukan karena hasil kebaikannya kepada Allah atau sudah melakukan hal-hal yang
baik tetapi itu adalah tindakan Allah dalam kehidupannya.
Di dalam 1
Petrus 1 : 23 “Karena
kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih
yang tidak fana, oleh firman Allah, yang hidup dan yang kekal.” Maksud dari ayat ini yaitu bahwa manusia itu
lahir kembali dari kehidupan yang bersifat duniawi ke kehidupan yang
lebih mengenal Allah. Dalam konteks ini
manusia di ciptakan oleh Allah bukanlah langsung baik dihadapan Allah, tetapi
manusia itu lahir dari manusia yang telah memiliki dosa. Nicholas P. Wolterstorff, menyatakan
bahwa “Setelah diciptakan baru, dijadikan umat manusia baru oleh kelahiran baru
dan kuasa pengampunan dari Allah, mereka yang oleh iman dipersatukan dengan
Kristus diterima sebagai warga Negara dari kerajaan Allah, dari kerajaan yang
oleh Bapa telah dikaruniakan kepada Anak. Orang-orang pilihan dipilih untuk
Kerajaan itu. Mereka diselamatkan bukan hanya sebagai individual tetaoi sebagai
warga Negara Kerajaan, dan untuk kewarganegaraan.”[9]
Lahir baru berarti memulai
kehidupan yang berarti dalam Kristus. Hidup
baru berarti suatu keadaan dimana kehidupannya sudah berubah tidak sama seperti
sebelumnya. Kelahiran baru bukanlah
suatu langkah maju dalam reinkarnasi. Kelahiran
baru bukan sekedar kesadaran diri. Sebaliknya,
kelahiran baru adalah karya Allah yang nyata dan menetap, yang dari-Nya manusia
meneima sifat yang baru dan kudus. Itulah
yang tercakup dalam hidup baru, suatu kelahiran yang adikodrati dan rohani,
dari atas yang terjadi setiap saat takkala seorang menaruh pengharapannya pada
Kristus. Sinclain B. Ferguson
menyatakan bahwa, ”Kelahiran baru berarti mengambil bagian dalam kebangkitan
dan kuasa Yesus Kristus, dan memasuki hubungan yang hidup dengan Dia.”[10]
Manusia yang sudah dilahirkan
kembali adalah manusia yang mengambil bagian dalam pelayanan yaitu senantiasa
menaruh seluruh hidupnya secara totalitas untuk melayani Tuhan. Seseorang sudah dilahirkan kembali apabila ia
sudah bertumbuh sesuai dengan Firman Tuhan.
DAFTA ISI
Brill, J. Wesley., Dasar
Yang Teguh.
Cet. 16. (Bandung: Yayasan Kalam Hidup. 2003).
End, Th. Van den., (peny). Enam
Belas Dokumen Dasar Calvinisme. Cet.
3.
(Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2004).
Ferguson,
Sinclair B., Children Of The Living God: Anak-Anak Allah Yang Hidup. Cet.1.
(Surabaya: Momentum. 2003).
Hodge, A. A., Outlines
Of Theology. (USA:
First Published The Banner Of Truth Trust. 1991).
Hodge, Charles., Sistematic
Theology.
Vol-2 (Grand Rapids: Publishing Company. USA. 1997).
Ladd,
George Eldon., Teologi Perjanjian Baru. Jilid 2. Cet. 1. (Bandung:
Yayasan Kalam Hidup. 1999).
Metzner,
U. dan H. P. V. Renner., Penelaahan Alkitab Tentang Hidup Baru. Cet. 2.
(Jakarta: Gunung Mulia. 2004).
Palau, Luis., Penerapan
Praktis Pola Hidup Kristen. Cet.
5.
(Malang: Gandum Mas. 2002).
Tong, Stephen.,
Mengetahui Kehendak Allah. Cet. 1. (Surabaya: Momentum. 1999).
Wolterstorff, Nicholas P., Mendidik Untuk Kehidupan :
Refleksi Mengenai Pengajaran dan Pembelajaran Kristen. Cet. 1.
(Surabaya: Momentum.
2007).
[1]Th. Van den End (peny), Enam
Belas Dokumen Dasar Calvinisme, Cet. 3, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004),
h. 40-42.
[2]U.
Metzner dan H. P. V. Renner, Penelaahan Alkitab Tentang Hidup Baru, Cet.
2, (Jakarta: Gunung Mulia, 2004), h. 19.
[3]George
Eldon Ladd, Teologi Perjanjian Baru, Jilid 2, Cet. 1, (Bandung: Yayasan
Kalam Hidup, 1999), h. 251.
[4]Stephen
Tong, Mengetahui Kehendak Allah, Cet. 1, (Surabaya: Momentum, 1999), h.
170.
[5]A. A Hodge, Outlines Of
Theology, (USA: First Published The Banner Of Truth Trust, 1991), pg. 460.
[6]Luis Palau, Penerapan Praktis
Pola Hidup Kristen, Cet. 5, (Malang: Gandum Mas, 2002), h. 1-2.
[7]J. Wesley Brill, Dasar Yang
Teguh, Cet. 16, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2003), h. 222-223.
[8]Charles Hodge, Sistematic
Theology, Vol-2 (Grand Rapids: Publishing Company, USA, 1997), pg. 3.
[10]Sinclair
B. Ferguson, Children Of The Living God: Anak-Anak Allah Yang Hidup, Cet.1,
(Surabaya: Momentum, 2003), h. 20.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar